Apa Itu Kebakaran di Area Rig Floor saat Pengeboran Minyak dan Gas?
Kebakaran di area rig floor adalah salah satu ancaman paling serius yang dihadapi oleh industri pengeboran minyak dan gas. Area rig floor merupakan pusat aktivitas pengeboran, tempat di mana berbagai peralatan berteknologi tinggi dan material berisiko tinggi digunakan dalam kondisi yang sangat dinamis.
Risiko kebakaran di area ini meningkat secara signifikan terutama saat penutupan sumur, di mana tekanan dan potensi bahaya mencapai puncaknya. Kebakaran di rig floor menyebabkan kerugian material dan non-material. Salah satunya adalah hilangnya nyawa pekerja yang beroperasi di lingkungan yang berisiko tinggi ini.
Selain itu, kebakaran di rig floor juga dapat menimbulkan dampak lingkungan yang serius, seperti pencemaran minyak dan gas, yang dapat merusak ekosistem sekitarnya.
Dampak kebakaran juga merambat ke aspek operasional dan finansial perusahaan. Kebakaran dapat menyebabkan penghentian operasi pengeboran, yang berujung pada penundaan produksi dan kerugian finansial yang signifikan.
Reputasi perusahaan juga bisa terancam. Oleh karena itu, mencegah kebakaran di rig floor adalah prioritas utama dalam setiap operasi pengeboran minyak dan gas, dan membutuhkan pemahaman mendalam tentang penyebab potensial dan langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Baca juga : Tren Kecelakaan Kerja di Area Pengeboran Minyak dan Gas
Penyebab Umum Kebakaran di Rig Floor
Kebakaran di area rig floor tidak terjadi begitu saja; ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap risiko kebakaran, terutama selama proses penutupan sumur. Memahami penyebab umum ini sangat penting untuk mencegah insiden yang bisa berdampak fatal.
1. Pelepasan Gas Tidak Terkendali (Blowout)
Salah satu penyebab paling berbahaya dan sering kali menjadi awal mula terjadinya kebakaran di rig floor adalah blowout, yaitu pelepasan gas bertekanan tinggi yang tidak terkendali dari sumur.
Blowout terjadi ketika tekanan di dalam sumur melebihi kemampuan peralatan pengeboran untuk menahannya, menyebabkan gas, minyak, atau lumpur pengeboran menyembur keluar dari sumur.
Gas yang terlepas ini sangat mudah terbakar, dan apabila bersentuhan dengan sumber penyulut api, kebakaran besar bisa terjadi. Blowout adalah kondisi darurat yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan cepat serta tepat untuk mencegah kerugian lebih lanjut.
2. Penerapan Prosedur yang Tidak Tepat
Prosedur keselamatan yang ketat adalah tulang punggung operasi pengeboran yang aman. Namun, kesalahan dalam menerapkan prosedur, terutama saat penutupan sumur, bisa berakibat fatal.
Contohnya, penutupan sumur yang dilakukan terlalu cepat atau tidak sesuai prosedur standar dapat menyebabkan peningkatan tekanan di dalam sumur secara mendadak. Tekanan ini, jika tidak terkontrol, bisa memicu pelepasan gas atau cairan yang mudah terbakar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebakaran.
Oleh karena itu, setiap langkah dalam prosedur penutupan sumur harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan untuk meminimalkan risiko.
3. Kegagalan Peralatan
Rig floor dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih yang beroperasi di bawah tekanan tinggi, seperti blowout preventer (BOP), katup pengaman, dan peralatan lainnya yang dirancang untuk mengontrol tekanan sumur dan mencegah kebocoran. Namun, kegagalan peralatan ini, baik karena cacat desain, kurangnya perawatan, atau keausan akibat penggunaan, dapat menjadi penyebab utama kebakaran.
Misalnya, jika BOP gagal berfungsi saat terjadi peningkatan tekanan, gas atau minyak yang berada di bawah tekanan tinggi dapat bocor dan menjadi sumber bahan bakar yang sangat berbahaya di area rig floor.
4. Kondisi Lingkungan Eksternal
Faktor lingkungan eksternal juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya kebakaran di rig floor. Suhu lingkungan yang tinggi, misalnya, dapat mempercepat penguapan bahan bakar atau gas, sehingga menciptakan atmosfer yang mudah terbakar. Selain itu, angin kencang dapat menyebarkan api lebih cepat jika kebakaran terjadi, atau bahkan memicu percikan api dari peralatan yang beroperasi di area rig floor.
Listrik statis yang dihasilkan oleh gesekan di lingkungan kering juga bisa menjadi sumber penyulut kebakaran jika ada bahan mudah terbakar yang bocor di rig floor. Oleh karena itu, pengawasan kondisi lingkungan dan penerapan tindakan pencegahan, seperti grounding peralatan dan pengaturan suhu operasi, sangat penting untuk mengurangi risiko kebakaran.
Dengan memahami penyebab umum ini, perusahaan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif untuk meminimalkan risiko kebakaran di rig floor, melindungi keselamatan pekerja, dan menjaga kelangsungan operasi pengeboran.
Baca juga : Panduan Keselamatan Persiapan Lokasi Pengeboran
Karakteristik Kecelakaan Kerja di Salah Satu Area Pengeboran Minyak dan Gas Selama Tahun 2012–2016
Berikut karakteristik kecelakaan kerja di area pengeboran minyak dan gas selama tahun 2012–2016 berdasarkan jurnal penelitian “KECELAKAAN KERJA DI AREA PENGEBORAN MINYAK DAN GAS TAHUN 2012–2016” :
- Dominasi Kecelakaan Mekanis: Kecelakaan kerja di area pengeboran minyak dan gas selama 2012–2016 didominasi oleh kecelakaan mekanis, terutama insiden terjepit.
- Penyebab Utama: Insiden terjepit sering terjadi karena tindakan tidak aman dalam pekerjaan yang melibatkan interaksi langsung antara pekerja dengan mesin dan peralatan besar.
- Cedera Umum: Cedera yang paling umum terjadi adalah pada bagian tangan, khususnya jari.
- Pengetahuan Keselamatan: Kurangnya pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja, khususnya mengenai titik-titik tubuh yang rentan terjepit, menjadi salah satu faktor penyebab tingginya insiden kecelakaan.
- Distribusi Waktu Kecelakaan: Kecelakaan kerja lebih sering terjadi pada akhir shift pagi, terutama pada akhir shift (14.00–17.59 WIB), kemungkinan karena kelelahan.
- Perbedaan Shift Kerja: Perusahaan memiliki dua shift kerja berdurasi 12 jam (pagi dan malam), berbeda dengan perusahaan lain yang umumnya memiliki tiga shift.
- Lokasi Kecelakaan: Kecelakaan kerja paling banyak terjadi di area Sukowati B, diduga karena tingginya aktivitas kontraktor dan banyaknya jumlah tenaga kerja.
- Tingkat Keparahan: Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi tergolong ringan dan tidak menyebabkan dampak fatal bagi pekerja.
Baca juga : Raih Karir Gemilang: Panduan Lengkap Sertifikasi Investigasi Kecelakaan BNSP
Hubungan Faktor Individu dengan Jenis Kecelakaan Kerja di Area Pengeboran Minyak dan Gas
Dalam analisis kecelakaan kerja di area pengeboran minyak dan gas, faktor individu seperti umur, masa kerja, dan tingkat pendidikan pekerja memiliki kaitan erat dengan jenis kecelakaan kerja yang dialami, terutama kecelakaan kerja mekanik.
1. Umur Tenaga Kerja
Menariknya, data menunjukkan bahwa kecelakaan kerja mekanik lebih sering terjadi pada pekerja yang lebih tua. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kelompok usia 17–29 tahun, yang dianggap berisiko, biasanya mengalami lebih banyak kecelakaan kerja.
Temuan ini mengindikasikan bahwa ada faktor lain yang mungkin berperan, seperti beban kerja atau penurunan kemampuan fisik seiring bertambahnya usia, yang meningkatkan risiko kecelakaan kerja pada pekerja yang lebih tua.
2. Masa Kerja
Masa kerja juga merupakan faktor penting dalam frekuensi kecelakaan kerja mekanik. Data dari tahun 2012–2016 menunjukkan bahwa pekerja dengan masa kerja yang lebih rendah cenderung lebih sering mengalami kecelakaan mekanik. Ini sejalan dengan pendapat bahwa pekerja baru, yang kurang berpengalaman, lebih rentan terhadap kecelakaan kerja (Suma’mur, 2006).
Pengalaman kerja yang lebih lama biasanya membantu pekerja mengembangkan pola kerja yang lebih efektif dan aman, karena mereka telah terbiasa menghadapi berbagai tantangan dan situasi di lapangan (Munawaroh, 2016). Kurangnya pengalaman ini mungkin menjadi penyebab utama tingginya angka kecelakaan di kalangan pekerja baru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan tenaga kerja juga tampaknya mempengaruhi jenis kecelakaan kerja yang terjadi di area pengeboran. Salah satu penyebab utama kecelakaan mekanik selama tahun 2012–2016 adalah tindakan tidak aman, yang bisa jadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja.
Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran dan pemahaman pekerja tentang pentingnya keselamatan di tempat kerja (Pandie, 2014). Namun, meskipun pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan keselamatan, hasil analisis tidak menunjukkan adanya hubungan langsung antara tingkat pendidikan dan jenis kecelakaan kerja yang terjadi.
Hal ini kemungkinan karena mayoritas pekerja di perusahaan tersebut adalah lulusan SMA, sehingga risiko kecelakaan mungkin lebih terkait dengan jumlah pekerja daripada tingkat pendidikan mereka.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan dan pengalaman penting, faktor individu seperti umur dan lama bekerja juga berperan besar dalam mempengaruhi risiko kecelakaan kerja, terutama di industri yang berisiko tinggi seperti pengeboran minyak dan gas.
Baca juga : 6 Jenis Pertolongan Pertama untuk Kecelakaan di Industri Migas
Kejadian Kebakaran di Area Rig Floor Saat Pekerjaan Penutupan Sumur
Pekerjaan pengeboran minyak dan gas merupakan pekerjaan yang memiliki berbagai macam bahaya (hazard), baik dari segi fisik, mekanik, maupun kimia. Hazard ini sering kali muncul akibat penggunaan mesin atau peralatan pengeboran. Salah satu bahaya terbesar yang dapat timbul dari pekerjaan ini adalah semburan liar (blowout), terutama karena adanya gas bertekanan tinggi yang mencapai permukaan. Semburan liar ini tidak hanya mengeluarkan fluida, tetapi juga gas yang dapat menyebabkan kebakaran dan keracunan jika terpapar.
Semburan liar merupakan risiko yang nyata dalam kegiatan pengeboran, baik di darat (on-shore) maupun di laut (off-shore). Meskipun tidak ada kajian khusus yang dilakukan mengenai penilaian risiko (risk assessment) dalam pekerjaan pengeboran ini, potensi terjadinya semburan liar di area pengeboran minyak dan gas tersebut sangat tinggi, dengan kemungkinan kejadian mencapai dua dari skala tiga, dan tingkat keparahan mencapai lima dari skala lima. Keparahan ini dianggap paling tinggi karena dalam satu kejadian dapat menimbulkan beberapa korban, menjadikan pekerjaan pengeboran sebagai pekerjaan yang sangat berisiko.
Risiko ini semakin terbukti dengan terjadinya kebakaran yang diawali oleh semburan liar pada tahun 2014. Insiden ini menyebabkan tiga dari empat kejadian kehilangan hari kerja, menyoroti betapa pentingnya perhatian yang lebih besar terhadap pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Kebakaran yang terjadi tersebut dipicu oleh semburan liar yang menghasilkan gas, yang kemudian terbakar dan menyebabkan luka bakar pada tenaga kerja, dengan derajat keparahan II pada area tubuh seluas 18–30%. Menariknya, kecelakaan ini lebih disebabkan oleh kontak langsung dengan api daripada paparan gas beracun.
Setiap kebakaran, termasuk di rig floor, terjadi karena terpenuhinya tiga syarat utama yang dikenal dalam segitiga api: panas, oksigen, dan bahan bakar. Dalam kasus ini, sumber panas diduga berasal dari percikan api akibat penggunaan palu besi atau dari lampu yang tidak dilengkapi fitur explosion-proof dan terjatuh saat semburan liar terjadi. Sumber bahan bakar kemungkinan adalah gas metana yang keluar bersama semburan tersebut. Ketika percikan api bertemu dengan gas yang mudah terbakar, kebakaran pun tak terelakkan, terlebih lagi karena pekerjaan dilakukan di area terbuka.
Lebih jauh, Syamsul Hidayat, anggota tim analisis kecelakaan, menjelaskan bahwa semburan liar ini dipicu oleh adanya gas terperangkap yang tidak terdeteksi sebelumnya. Gas terperangkap ini memang sulit untuk dideteksi, menjadikan situasi ini sebagai kondisi yang sangat tidak aman.
Setelah dianalisis lebih lanjut, gas metana merupakan jenis gas terperangkap yang paling banyak muncul di area ini. Sifat kimia metana yang mudah terbakar membuatnya sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan benar. Selain itu, tindakan tidak aman seperti penggunaan palu besi di area rig floor dan membiarkan ceceran minyak mentah (crude oil) di dalam mud tank juga memperburuk situasi. Palu besi dapat menimbulkan percikan api yang memicu kebakaran, dan ceceran minyak mentah yang dibiarkan dapat menguap dan dengan mudah terbakar jika terpapar api.
Dalam hal ini, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat, seperti pelatihan keselamatan yang lebih intensif dan pengetatan prosedur penggunaan peralatan di area rig floor, untuk mengurangi risiko kebakaran di masa mendatang.
Baca juga : Mitigasi Bahaya Kebakaran dan Ledakan pada Area Processing Offshore melalui Otomasi Cerdas (AI)
Potensi Sumber Penyalaan (Ignition Sources)
1. Alat Listrik dan Peralatan yang Memicu Percikan
Alat listrik yang tidak memenuhi standar keselamatan, atau peralatan yang menghasilkan percikan api seperti mesin pengelasan, bisa menjadi sumber penyulut kebakaran yang signifikan. Di lingkungan pengeboran minyak dan gas, di mana terdapat konsentrasi gas mudah terbakar, potensi kebakaran dari sumber-sumber ini sangat tinggi. Peralatan yang tidak didesain untuk digunakan di area berbahaya (hazardous areas) dapat menjadi titik awal kebakaran yang dapat dengan cepat menyebar.
2. Panas dari Mesin dan Peralatan
Mesin-mesin berat dan peralatan yang beroperasi terus-menerus selama kegiatan pengeboran menghasilkan panas dalam jumlah besar. Jika panas ini tidak dikelola dengan baik, atau jika terjadi kontak dengan bahan mudah terbakar seperti minyak atau gas, maka potensi terjadinya kebakaran meningkat. Oleh karena itu, pemantauan suhu peralatan dan pengelolaan panas sangat penting untuk mencegah kebakaran di rig floor.
3. Rokok atau Api Terbuka
Larangan merokok dan penggunaan api terbuka di area rig floor harus diterapkan dengan sangat ketat. Meskipun terlihat sepele, api sekecil apa pun dari rokok atau api terbuka lainnya dapat memicu kebakaran besar jika bersentuhan dengan gas atau bahan bakar lain yang mudah terbakar di area pengeboran. Kedisiplinan dalam mengikuti prosedur keselamatan terkait dengan api terbuka sangatlah penting untuk menghindari insiden kebakaran yang dapat berakibat fatal.
Baca juga : 7 Peralatan Pengeboran Migas yang Mengutamakan Keselamatan
Prosedur Penutupan Sumur yang Tepat
1. Pelatihan dan Edukasi Karyawan
Pelatihan intensif mengenai prosedur penutupan sumur yang aman dan tanggap darurat kebakaran merupakan langkah awal yang krusial. Semua pekerja di rig floor harus memahami secara mendalam teknik penutupan sumur serta langkah-langkah darurat untuk menghadapi kebakaran dan situasi kritis lainnya. Program pelatihan ini harus mencakup teori dan praktik, serta melibatkan simulasi situasi darurat untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat bertindak cepat dan tepat dalam situasi yang berpotensi berbahaya.
2. Penggunaan Peralatan Keselamatan Standar
Penggunaan peralatan keselamatan yang sesuai standar adalah hal yang tidak bisa ditawar. Blowout Preventer (BOP) yang berfungsi dengan baik dan alat deteksi gas harus selalu dipastikan dalam kondisi prima sebelum memulai proses penutupan sumur. Penerapan teknologi dan peralatan keselamatan yang mutakhir dapat membantu mencegah kecelakaan dan meminimalkan risiko kebakaran. Pemilihan peralatan harus disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan operasi pengeboran, serta diuji secara berkala untuk memastikan keandalannya.
3. Monitoring Tekanan yang Ketat
Pemantauan tekanan dalam sumur secara real-time adalah langkah penting untuk mencegah pelepasan gas yang tidak terkendali. Sistem monitoring yang canggih harus dipasang untuk memberikan data tekanan yang akurat dan kontinu. Tim operasional harus dilatih untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan tekanan yang tidak normal, dan memiliki prosedur yang jelas untuk mengatasi situasi jika terjadi lonjakan tekanan yang signifikan.
4. Inspeksi dan Pemeliharaan Rutin
Peralatan di rig floor harus menjalani inspeksi dan pemeliharaan rutin untuk memastikan semua peralatan berfungsi optimal dan tidak menimbulkan risiko kebakaran. Program pemeliharaan yang terjadwal harus mencakup pemeriksaan menyeluruh pada komponen-komponen kunci dan perbaikan segera jika ditemukan kerusakan atau keausan. Pemeliharaan proaktif dapat mencegah kerusakan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau kebakaran.
Bagaimana Accident Investigation BNSP Membantu Meminimalisir Kecelakan Kerja di Perusahaan?
Tinggi risiko tingkat kecelakaan yang terjadi di beberapa perusahaan membuat banyak perusahaan mengalami kerugian baik dari sisi efisiensi biaya, waktu dan tenaga kerja. Pencegahan atau minimal pengurangan kejadian kecelakaan kerja dapat dicapai salah satunya dengan mencari penyebab dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kecelakaan kerja.
Untuk itu penyelidikan terhadap kecelakaan atau accident investigation mutlak diperlukan untuk meminimalisir bahkan menjadikan hasil akhir pelaporan menjadi zero accident.
Jadi salah satu tujuan dari investigasi dan pelaporan kecelakaan antara lain untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan, mendokumentasikannya dan sekaligus menyarankan tindakan perbaikan agar kejadian tersebut tidak terulang.
Minimalkan risiko kecelakaan kerja di perusahaan Anda dengan pelatihan Accident Investigation BNSP. Identifikasi penyebab kecelakaan dan terapkan tindakan pencegahan yang efektif untuk mencapai zero accident. Tingkatkan keselamatan kerja dengan pengetahuan yang tepat, dan lindungi efisiensi operasional Anda.