Operasi offshore dalam industri minyak dan gas memiliki tantangan yang unik, termasuk lingkungan kerja yang ekstrem, keterbatasan ruang, serta risiko keselamatan yang tinggi.Identifikasi dan mitigasi risiko menjadi faktor krusial dalam menjaga keberlangsungan operasi serta keselamatan pekerja. Salah satu metode yang digunakan untuk analisis risiko di offshore operation facilities adalah Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).Ā
Artikel ini akan membahas bagaimana FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam operasi offshore serta strategi mitigasi risiko yang dapat diterapkan.
Metode Identifikasi Risiko di Offshore Operation Facilities
FMEA adalah metode sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi kegagalan dalam suatu sistem atau proses. Dalam konteks offshore operation facilities, FMEA diterapkan dengan langkah-langkah berikut:
1. Identifikasi Proses Kerja
Setiap tahapan pekerjaan dalam operasi offshore dianalisis untuk mengidentifikasi potensi hazard yang dapat menyebabkan kegagalan.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan dengan menentukan tingkat Severity (keparahan dampak), Occurrence (frekuensi kejadian), dan Detection (kemungkinan deteksi risiko sebelum terjadi). Setelah itu, nilai Risk Priority Number (RPN) dihitung dengan rumus:
3. Mitigasi Risiko
Langkah-langkah perbaikan disusun untuk mengurangi kemungkinan risiko atau dampaknya. Prosedur kerja yang lebih aman ditetapkan dan pelatihan bagi pekerja dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Baca juga : 10 Komponen Penting dalam Operasional Platform Offshore
Rentang RPN yang Berbahaya
Dalam penerapan FMEA, nilai RPN digunakan untuk menentukan tingkat urgensi mitigasi risiko. Nilai RPN ā„ 400 dikategorikan sebagai sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Nilai antara 200 hingga 399 dianggap berbahaya dan membutuhkan mitigasi dalam waktu dekat.Ā
Jika RPN berada dalam rentang 100 hingga 199, risiko dikategorikan sedang dan memerlukan pengawasan lebih lanjut. Sementara itu, RPN di bawah 100 dianggap rendah dan dapat dikendalikan dengan prosedur kerja yang ada.
Studi Kasus: Offshore CPP-Upper Compression Module
Sebuah studi kasus dilakukan di fasilitas offshore PT. X yang berlokasi di lepas pantai utara Jawa. Penelitian ini mengidentifikasi sembilan aktivitas kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, dengan aktivitas pengencangan mur dan baut sebagai risiko tertinggi dengan nilai RPN 576. Aktivitas lain yang memiliki RPN tinggi meliputi bongkar 18″ spool line dengan nilai RPN 210, uji NDT dan hidrostatik dengan nilai RPN 180, serta mengencangkan nuts 18ā dengan alat pneumatik yang memiliki nilai RPN 294.
Aktivitas dengan nilai RPN tinggi memerlukan prioritas dalam mitigasi risiko karena dapat menyebabkan kecelakaan serius, seperti tangan terjepit alat pneumatik atau percikan api yang berpotensi menyebabkan kebakaran.
Strategi Mitigasi Risiko
Untuk mengurangi risiko kecelakaan, perusahaan perlu menerapkan beberapa strategi mitigasi. Peningkatan standar operasional prosedur (SOP) dilakukan dengan memastikan SOP diperbarui secara berkala dan menyusun instruksi kerja yang lebih jelas. Pelatihan dan sertifikasi pekerja dilakukan secara rutin untuk memastikan kompetensi pekerja dalam menangani peralatan berbahaya. Peningkatan pengawasan dan verifikasi dokumen kerja juga diperlukan dengan menunjuk personel khusus untuk memeriksa dokumen sebelum pekerjaan dimulai. Selain itu, perencanaan tenaga kerja yang lebih baik diterapkan untuk memastikan jadwal kerja yang tidak terlalu padat sehingga pekerja mendapatkan istirahat yang cukup.
Baca juga : 15 Sistem Pengamanan Wajib pada Platform Offshore: Menjamin Keselamatan dan Keandalan Operasional
Pelatihan Keselamatan Offshore untuk Meningkatkan Kompetensi Pekerja
Jika Anda ingin meningkatkan kompetensi dalam keselamatan kerja di lingkungan offshore, Petrotraining Asia menyediakan berbagai program pelatihan yang dirancang untuk memenuhi standar industri. Dengan mengikuti pelatihan ini, pekerja dapat lebih siap menghadapi tantangan di offshore operation facilities, meningkatkan efisiensi kerja, serta meminimalkan potensi kecelakaan yang dapat terjadi.
Baca juga : Dampak Nyata Manajemen Risiko di Industri Minyak dan Gas: Dari Deepwater Horizon ke Era Teknologi AI
Kesimpulan
Identifikasi dan mitigasi risiko dalam offshore operation facilities sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja. Metode FMEA membantu dalam menilai potensi kegagalan dalam pekerjaan dan menentukan langkah mitigasi yang sesuai.Ā
Studi kasus di PT. X menunjukkan bahwa aktivitas pengencangan mur dan baut memiliki tingkat risiko tertinggi, yang menekankan perlunya peningkatan SOP, pelatihan pekerja, serta pengawasan ketat dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan strategi mitigasi yang tepat, risiko kecelakaan dapat dikurangi secara signifikan.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Mengapa operasi offshore memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan operasi onshore?
Operasi offshore memiliki risiko lebih tinggi karena lingkungan kerja yang ekstrem, ruang gerak terbatas, serta kesulitan dalam menangani keadaan darurat akibat lokasi yang jauh dari daratan.
2. Apa keuntungan menggunakan metode FMEA dalam identifikasi risiko offshore?
FMEA memungkinkan perusahaan mengidentifikasi potensi kegagalan sebelum terjadi, menilai dampaknya, serta merancang mitigasi yang lebih efektif.
3. Bagaimana cara memastikan pekerja offshore memiliki keterampilan yang cukup untuk menangani risiko?
Perusahaan harus mengadakan pelatihan berkala, mewajibkan sertifikasi kompetensi, serta menerapkan sistem mentoring bagi pekerja baru.
4. Apa dampak dari kurangnya mitigasi risiko dalam operasi offshore?
Kurangnya mitigasi dapat menyebabkan kecelakaan fatal, kerusakan infrastruktur, serta konsekuensi hukum dan finansial bagi perusahaan.
5. Di mana saya bisa mendapatkan pelatihan lebih lanjut tentang keselamatan offshore?
Anda dapat mengikuti pelatihan yang tersedia di Petrotraining Asia untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan keselamatan di industri offshore.