Dari Mana Asal Gas H₂S dan Kenapa Ia Bahaya bagi Pekerja?

Dari Mana Asal Gas H₂S dan Kenapa Ia Bahaya bagi Pekerja?

Hidrogen sulfida (H₂S) adalah gas beracun yang dikenal dengan bau menyengat seperti telur busuk. Meski baunya bisa tercium, gas ini bisa menjadi sangat berbahaya bahkan mematikan jika kadarnya tinggi dan tidak terdeteksi dengan benar.

Mengenali dari mana H₂S berasal dan bagaimana gas ini terbentuk sangat penting, terutama bagi pekerja di industri minyak dan gas serta panas bumi (geothermal). Kedua sektor ini termasuk yang paling sering berhadapan langsung dengan risiko paparan H₂S.

Memahami sumber dan sejarah terbentuknya H₂S bukan hanya soal pengetahuan teknis, tapi juga bagian penting dari keselamatan kerja. Karena jika kita tahu asalnya, kita bisa lebih siap menghadapinya.

Asal Usul H₂S di Alam

1. Dari Pembusukan Makhluk Hidup

Gas H₂S terbentuk secara alami saat bakteri “pemakan bangkai” (bakteri anaerob) menguraikan sisa-sisa tumbuhan dan hewan di tempat yang minim oksigen. Proses ini menghasilkan gas yang berbau khas seperti telur busuk.

H₂S biasanya muncul di tempat seperti:

  • Rawa-rawa
  • Dataran rendah
  • Bawah tanah, di celah batu atau lapisan batuan dalam
  • Batuan kapur, tempat gas ini bisa terperangkap bersama minyak bumi dan air garam

Dengan kata lain, semua tempat gelap, lembab, dan kekurangan oksigen bisa jadi sumber alami gas H₂S.

2. Dari Perut Bumi dan Gunung Berapi

Selain dari pembusukan, H₂S juga muncul dari aktivitas vulkanik dan panas bumi. Gas ini ikut keluar bersama uap panas dan gas lainnya seperti CO₂ dan SO₂ dari dalam perut bumi.

Gas H₂S bisa terbentuk lewat reaksi kimia, contohnya:

  • Ketika sulfur dioksida (SO₂) bertemu dengan hidrogen (H₂)
  • Atau saat belerang (S) bereaksi dengan air panas

Di area seperti mata air panas dan kawah gunung berapi, bau H₂S sering tercium. Itu tanda bahwa gas ini sedang naik ke permukaan dan bisa menyebar lewat udara.

Sumber H₂S dari Aktivitas Industri

Selain terbentuk secara alami, gas H₂S juga sering muncul akibat kegiatan manusia, khususnya di industri minyak, gas bumi, dan panas bumi (geothermal). Di balik proses produksi energi yang kompleks, ternyata ada potensi bahaya tersembunyi salah satunya adalah H₂S.

1. Eksplorasi dan Pengeboran Minyak & Gas

Dalam proses pengeboran minyak dan gas, digunakan lumpur khusus untuk membantu melumasi dan mendinginkan peralatan. Namun, lumpur ini bisa mengandung zat sulfur, seperti lignosulfat, yang berbahaya saat terkena suhu tinggi.

Ketika suhu pengeboran naik di atas 375°F (sekitar 190°C), bisa terjadi reaksi kimia yang menghasilkan gas H₂S.

Selain itu, gas H₂S juga bisa muncul karena:

  • Lumpur yang terkontaminasi bahan kimia lain seperti gypsum atau anhidrit
  • Aktivitas bakteri yang memecah senyawa sulfur dalam lumpur

Artinya, proses pengeboran yang terlihat teknis dan rutin bisa menjadi sumber bahaya jika tidak diawasi dengan benar.

2. Pengeboran Panas Bumi (Geothermal)

Di sektor panas bumi, uap yang keluar dari dalam bumi ternyata tidak hanya mengandung air, tapi juga membawa berbagai gas termasuk H₂S.

Beberapa gas yang sering ikut terbawa:

  • H₂S (hidrogen sulfida)
  • CO₂ (karbon dioksida)
  • NH₃ (amonia)
  • HF (asam fluorida)
  • SO₂ (sulfur dioksida)

H₂S terbentuk karena adanya reaksi antara belerang dan air panas di dalam tanah. Ketika uap dan gas ini dilepaskan ke permukaan, H₂S bisa ikut terlepas ke udara dan membahayakan pekerja di sekitar lokasi.

Baca juga : Alat Uji Gas (Gas Detector) Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Kalibrasinya

Lokasi dan Titik Rawan Paparan H₂S

Gas H₂S tidak selalu terlihat, tapi bisa muncul di banyak tempat tanpa disadari. Di lingkungan industri khususnya minyak, gas, dan panas bumi ada banyak titik yang rawan menjadi sumber pelepasan H₂S. Kenali lokasinya, agar bisa lebih waspada.

1. Titik-Titik Potensial di Industri

Beberapa fasilitas industri sangat berisiko menjadi tempat munculnya H₂S. Di antaranya:

  • Sumur minyak dan gas
  • Tangki penyimpanan minyak mentah
  • Kompresor gas dan jaringan perpipaan
  • Separator, bejana proses, dan pompa
  • Area pengolahan air limbah seperti pit, skimmer, dan separator API
  • Gudang bahan kimia yang menyimpan sulfur, sulfat, tiosulfat, dan senyawa-senyawa sulfur lainnya

Tempat-tempat ini sering jadi titik akumulasi atau pelepasan gas, terutama jika tidak ada ventilasi yang baik atau terjadi gangguan teknis.

2. Titik Kebocoran yang Sering Terjadi

Selain lokasi umum, ada juga bagian peralatan yang rentan mengalami kebocoran H₂S, yaitu:

  • Sambungan antar alat seperti pipa dan fitting
  • Gasket atau karet seal yang sudah aus
  • Relief valve (katup pelepas tekanan)
  • Vent line atau saluran pembuangan gas

Bocornya gas bisa terjadi tiba-tiba akibat tekanan berlebih, keausan alat, atau pemasangan yang tidak sempurna. Dan karena H₂S lebih berat dari udara, gas ini bisa mengendap di ruang tertutup dan dataran rendah tanpa terdeteksi.

3. Proses yang Bisa Memicu Pelepasan H₂S

Tak hanya lokasi, proses kerja juga bisa memicu pelepasan gas H₂S. Misalnya:

  • Korosi logam, terutama saat H₂S bereaksi dengan besi atau oksida besi
  • Overheating, atau panas berlebih pada peralatan
  • Tekanan berlebih (overpressure) dalam tangki atau pipa
  • Kegagalan mekanik, seperti pompa rusak, pipa bocor, atau seal aus

Proses-proses ini sering kali terjadi tanpa tanda awal yang jelas. Saat sistem gagal, gas H₂S bisa langsung terlepas ke lingkungan kerja dan menimbulkan bahaya serius.

Baca juga : Bahaya Gas H2S Terhadap Kesehatan Manusia

Risiko Tersembunyi dari Paparan H₂S

Gas H₂S dikenal karena baunya yang menyengat seperti telur busuk. Namun, jangan sampai kita terlena. Dalam kondisi tertentu, bau khas itu justru bisa hilang, dan di situlah bahaya sebenarnya muncul.

1. Ketika Bau Tak Lagi Jadi Alarm

Pada kadar rendah, H₂S memang tercium jelas. Tapi saat konsentrasinya meningkat di atas 100 ppm, gas ini dapat melumpuhkan indera penciuman. Akibatnya, hidung tidak lagi mampu mendeteksi bau, meskipun kadar gas semakin tinggi dan berbahaya.

Inilah alasan mengapa H₂S disebut sebagai “pembunuh senyap”. Banyak kasus paparan H₂S terjadi tanpa korban sempat menyadari adanya gas beracun di sekitarnya.

2. Potensi Bahaya dalam Aktivitas Sehari-hari

Beberapa aktivitas rutin di lapangan bisa tanpa disadari menjadi pemicu pelepasan H₂S ke udara, antara lain:

  • Memompa cairan yang mengandung H₂S
    Saat cairan dipindahkan atau dikocok, H₂S yang terlarut dapat menguap ke udara, terutama jika dilakukan dalam sistem tertutup atau ventilasi buruk.
  • Mengurangi tekanan dalam tangki atau bejana
    Penurunan tekanan dapat menyebabkan gas H₂S yang sebelumnya terlarut dalam cairan langsung terlepas ke udara bebas.
  • Peningkatan suhu cairan
    Kenaikan suhu baik karena proses pemanasan, reaksi kimia, atau kondisi lingkungan dapat mempercepat pelepasan gas H₂S dari cairan atau lumpur pengeboran.
    Semua kondisi di atas menjadi lebih berisiko jika terjadi di ruang terbatas, area minim ventilasi, atau tanpa pengawasan yang memadai.

Baca juga : Bagaimana Mengendalikan Gas H2S

Ukuran Paparan H₂S dan Satuan PPM

Dalam dunia keselamatan kerja, paparan gas seperti H₂S diukur menggunakan satuan PPM. Memahami apa itu PPM dan berapa besar risikonya sangat penting agar kita tahu kapan situasi masih aman dan kapan harus segera evakuasi.

1. Apa Itu PPM?

PPM adalah singkatan dari parts per million, atau dalam bahasa sederhana: bagian per sejuta. Ini adalah cara untuk mengukur berapa banyak molekul H₂S yang ada dalam satu juta bagian udara.

Agar lebih mudah dibayangkan:

  • 1 PPM = 1 tetes zat dalam 1 juta tetes air
  • Atau setara dengan 1 detik dalam waktu 11,5 hari

Meski terdengar sangat kecil, H₂S sangat beracun bahkan dalam kadar rendah. Karena itu, ukuran PPM sangat penting dalam memantau lingkungan kerja yang berisiko.

2. Dampak Berdasarkan Konsentrasi

Setiap kenaikan kadar H₂S di udara membawa risiko yang berbeda-beda bagi tubuh manusia. Berikut ini ringkasan dampaknya berdasarkan tingkat PPM:

  • 0,01 – 1 PPM
    Bau sudah mulai tercium. Belum berbahaya, tapi sinyal awal adanya gas.
  • 10 PPM
    Mulai menyebabkan iritasi mata dan tenggorokan bagi sebagian orang.
  • 100 PPM
    Indera penciuman bisa lumpuh dalam beberapa menit. Risiko pusing, mual, dan kelelahan meningkat.
  • 200 – 300 PPM
    Paparan dalam waktu singkat bisa menyebabkan sakit kepala hebat, muntah, disorientasi.
  • 500 – 700 PPM
    Dapat menyebabkan hilang kesadaran dan gangguan pernapasan dalam waktu kurang dari 30 menit.
  • 1000 PPM ke atas
    Sangat mematikan. Seseorang bisa pingsan dan meninggal hanya dalam beberapa menit.

Artinya, semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat dan parah dampaknya. Inilah mengapa pemantauan gas secara real-time sangat krusial di lapangan.

Baca juga : Dampak Gas H2S dan SO2 Bagi Kesehatan, Ini Penjelasannya

Studi Kecelakaan: Saat Prosedur Diabaikan

H₂S bukan sekadar ancaman teori. Sejumlah kecelakaan fatal pernah terjadi karena prosedur keselamatan tidak dijalankan dengan benar. Beberapa kasus berikut menjadi pengingat penting bahwa kelalaian sekecil apa pun bisa berujung pada kehilangan nyawa.

Contoh Nyata di Lapangan

  1. Tahun 1988 – Kilang Minyak
    Seorang pekerja tewas saat membuka katup pada KO drum secara manual. Ia tidak menggunakan peralatan pelindung dan tidak mengikuti prosedur pembukaan katup yang aman. Gas H₂S yang tersembunyi langsung terlepas dan menyebabkan kematian seketika.
  1. Tahun 1993 – Unit Vacuum Distillation
    Dua pekerja meninggal dunia akibat ledakan dan kebocoran H₂S saat bekerja di area unit vakum. Mereka tidak mengetahui adanya akumulasi gas berbahaya di sekitarnya karena pengukuran gas tidak dilakukan sebelum pekerjaan dimulai.
  1. Tahun 1994 – Unit Hydrocracker
    Seorang teknisi tewas saat membuka katup outlet separator. Langkah tersebut dilakukan tanpa memeriksa tekanan, suhu, dan kandungan gas terlebih dahulu. H₂S yang terperangkap dalam sistem keluar secara tiba-tiba dan langsung menyebabkan paparan fatal.

Pelajaran Penting dari Kasus Ini

Dari ketiga insiden tersebut, ada pola yang sama: prosedur diabaikan, dan APD tidak digunakan sesuai standar.

Beberapa pelajaran kunci yang bisa diambil:

  • Selalu lakukan pengukuran gas sebelum memasuki area kerja
  • Ikuti prosedur kerja berisiko tinggi dengan disiplin
  • Gunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, termasuk alat bantu pernapasan jika diperlukan
  • Lakukan pelatihan rutin dan simulasi keadaan darurat

Baca juga : Keunggulan SCBA dalam Menangani Risiko Gas Berbahaya dan Kebakaran

Mengapa Pelatihan H₂S Itu Penting?

Bekerja di lingkungan yang berisiko terpapar gas H₂S bukan hal yang bisa dianggap remeh. Bahaya H₂S tidak bisa dideteksi hanya dengan indera penciuman, dan situasinya bisa berubah dalam hitungan detik. Di sinilah pentingnya pelatihan khusus untuk menangani risiko gas ini.

H₂S Tidak Bisa Dilawan Hanya dengan Insting

Mengandalkan insting atau pengalaman semata saat berhadapan dengan H₂S adalah langkah yang sangat berisiko. Gas ini bisa mematikan bahkan sebelum kita sempat bereaksi. Banyak kasus kematian terjadi karena pekerja:

  • Tidak tahu cara mendeteksi gas H₂S secara tepat
  • Tidak mengenali gejala paparan dini
  • Tidak memahami prosedur evakuasi dan penggunaan APD

Pelatihan = Perlindungan

Pelatihan keselamatan H₂S adalah bentuk perlindungan terbaik bagi diri sendiri dan rekan kerja. Dengan pelatihan yang tepat, pekerja akan memahami:

  • Karakteristik gas H₂S dan cara penyebarannya
  • Langkah darurat jika terjadi kebocoran
  • Penggunaan alat pelindung pernapasan seperti SCBA
  • Simulasi evakuasi dan penyelamatan
  • Cara bekerja dengan aman di zona merah (area berisiko tinggi)

Pelatihan yang terstruktur juga membantu meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan terhadap prosedur kerja yang selama ini sering diabaikan.

Ikuti Pelatihan Resmi Bersama Petrotraining Asia

Untuk Anda yang bekerja di industri migas, geothermal, atau fasilitas pengolahan limbah—ikuti pelatihan H₂S profesional bersama Petrotraining Asia.

Materi disusun oleh ahli berpengalaman dan dilengkapi praktik langsung di lapangan.

Pelajari silabus selengkapnya di sini: Training Penanganan Bahaya gas H2S

Kesimpulan

Gas H₂S adalah ancaman serius di dunia kerja, terutama di industri minyak, gas, dan panas bumi. Meskipun terbentuk secara alami, H₂S juga bisa muncul dari berbagai proses industri dan menjadi sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.

Mengenali dari mana gas ini berasal, memahami bagaimana ia bisa terlepas, serta menerapkan prosedur keselamatan yang tepat adalah langkah penting untuk mencegah kecelakaan kerja.

Keselamatan bukan soal keberuntungan—tapi soal pengetahuan, kesiapan, dan kepatuhan terhadap standar kerja yang berlaku.

FAQ Seputar Sumber dan Risiko H₂S

  1. Di mana H₂S paling sering ditemukan?
    H₂S sering ditemukan di industri minyak dan gas, panas bumi, serta secara alami di rawa-rawa dan lapisan batu dalam bumi. Gas ini bisa muncul dari pembusukan bahan organik atau sebagai hasil reaksi kimia dalam proses industri, seperti pengeboran atau pengolahan fluida.
  2. Apakah bau telur busuk berarti H₂S berbahaya?
    Bau telur busuk memang tanda khas H₂S, tapi tidak selalu bisa diandalkan. Pada kadar tinggi, H₂S bisa membuat indera penciuman mati rasa, sehingga gas tetap ada tapi tidak tercium. Inilah yang membuatnya sangat berbahaya jika tidak dipantau dengan alat khusus.
  3. Apa saja titik rawan kebocoran H₂S?
    Titik kebocoran biasanya terdapat di sambungan pipa, seal atau gasket, relief valve, vent line, dan tangki. Area ini rentan karena tekanan tinggi, suhu panas, dan keausan alat kerja yang bisa memicu pelepasan gas.
  4. Apakah semua cairan bisa melepaskan H₂S?
    Tidak semua cairan. Tapi cairan yang mengandung H₂S bisa melepaskan gas saat terjadi peningkatan suhu, pengadukan, atau penurunan tekanan. Hal ini sering terjadi saat memompa atau membuka tangki.
  5. Bagaimana cara mencegah bahaya H₂S di tempat kerja?
    Gunakan alat deteksi gas, APD (alat pelindung diri) yang sesuai, dan ikuti prosedur kerja aman. Selain itu, pastikan pekerja mendapat pelatihan H₂S dan tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi kebocoran atau paparan.

Rate this post
You must be logged in to post a comment.
Jakarta
Tamansari Hive Office 7th Floor Jl. D. I. Panjaitan Kav 2 RT 11 RW 12, Cipinang, Cempedak, Jatinegara, RT.11/RW.11, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13350
+628111798350
Jakarta
AMG Tower Lt. 17 B05 Jl. Raya dukuh menanggal 1A. Gayungan Surabaya jawa Timur 60234
+628111798354
Instagram
YouTube
Inquiry Welder SMAW Level I