YOGYAKARTA – SKK Migas mengharapkan harus ada perubahan paradigma migas tidak hanya menjadi sumber pendapatan Negara, tetapi bisa menjadi penggerak berbagai industri untuk mendorong perkembangan ekonomi di masyarakat.
“Harus ada perubahan paradigma migas dari pendapatan menjadi penggerak berbagai industri seiring dengan menurunnya produksi minyak,” kata Kepala Bagian Humas SKK Migas Moch. Fatah Yasin di Yogyakarta, Kamis (10/11/2016).
Berbicara dalam Media Visit and Gathering di Yogyakarta, dia menjelaskan produksi minyak secara Nasional masih bertahan rata-rata sekitar 820.000 barel per hari.
Dia optimistis produksi minyak sekarang masih bisa ditingkatkan dengan adanya ekplorasi yang dilakukan, meskipun sementara ini hasilnya masih didominasi gas dibandingkan minyak.
“Usaha lainnya yang dilakukan dengan mempertahankan laju penurunan produksi dengan berbagai usaha seperti yang dilakukan Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) dengan melakukan injeksi sumur minyak yang produksinya menurun secara alami,” jelas dia.
Dia juga meminta media massa ikut membantu suasana industri migas menjadi kondusif selain melakukan kontrol.
General Manager JOB PPEJ Akbar Syah menjelaskan JOB PPEJ melakukan injeksi sumur minyak yang mengalami penurunan produksi secara alami sejak akhir 2015.
Di dalam pelaksanaannya, lanjut dia, pekerjaan injeksi sumur minyak di lapangan Sukowati si Bojonegoro, memperoleh protes warga dengan adanya pembakaran gas flare.
“Tapi protes warga bisa teratasi dan hasilnya adanya injeksi air mampu menahan laju penurunan produksi,” ucapnya.
Dia menyebutkan produksi minyak lapangan Sukowati A dan B di Bojonegoro ditambah lapangan Mudi di Tuban, mencapai 12.425 barel per hari dan gas 17.982 juta standar kaku kubik per hari pada 9 November ini.
“Tapi produksi air yang keluar sekarang lebih banyak dibandingkan minyak dan gas,” jelas dia.
Seumber: bisnis.com